Minggu, 18 Februari 2018

Rantau Why Not (2)



Setelah aku berangkat sendiri untuk pertama kalinya ke tanah Jawa dan kemudian kembali ke Sulawesi, aku ceritakan segala hal yang aku temui di Jawa, kuceritakan bagaimana hembusan angin di Malang, bagaimana goyangan dedaunan, kicauan burung, serta teriknya mentari. Aku menceritakan semuanya dengan raut yang berbinar, meyakinkan mereka bahwa aku tak salah memilih kota Malang. Menegaskan kepada mereka bahwa aku jatuh hati pada setiap sudut dari kota itu. Mengulangi bahwa aku akan baik-baik saja disana.
            Hanya berselang 50 hari, kemudian aku benar-benar memulai petualanganku. Aku benar-benar meninggalkan istana dan keluargaku, meninggalkan kota kelahiranku, hingga meninggalkan sahabat-sahabatku. Aku tetap berangkat seorang diri, melepas pelukan hangat dari tubuh mereka aku tak sanggup, mencium tangan keriput dari ratu pun aku tak sanggup, sungguh perasaanku mulai gelisah, aku mulai takut. Tapi aku punya musuh yang harus ku kalahkan, aku sanggup dan aku tak akan menyerah.
            Saat kendaraan baja itu mulai bergerak menjauh, aku memejamkan mataku dan aku telah pergi meninggalkan mereka. Aku yakin, bertahan adalah kewajibanku dan aku bisa menunaikannya. Walau raga kami terpisah jauh, aku mencoba memejamkan mata berulang kali - itu adalah caraku merindukan mereka. Hati kami akan selalu dekat dan kekuatan cinta akan selalu mendekatkan kami. Ini adalah sebuah petualangan dan kami akan selalu mendoakan dari kejauhan karena, Tuhan selalu ada bersama hamba-Nya yang saling mendoakan satu dengan yang lain.
            Belaian cinta dari ratuku tak akan tergantikan, pelukan hangat dari rajaku tak ada tandingannya, serta bentakan sayang dari saudariku tak akan hilang. Aku tak bermimpi, aku selalu mengingat bagaimana mereka mengucapkan harapan dan doa untukku. Aku dan mereka akan selalu ada saat suka dan duka, tangis dan tawa hingga sedih dan bahagia. Sampai hari ini aku masih merindukan istanaku dan akan selalu merindu. Tapi rindu tak boleh menjadi prioritasku, aku harus menyelesaikan petualangan ini secepatnya. Karena aku telah berjanji akan kembali, dan aku akan menepati itu. Di sini, aku menemukan keluarga baru dan aku bersyukur atas segala hal yang kudapatkan di tanah rantau ini. Mereka datang dengan senyuman yang manis, dan kuharap akan selalu manis. Aku selalu berdoa agar keluarga di istana selalu baik dan dilindungi oleh-Nya dan juga ku harap mereka akan selalu menebarkan kebaikan. Di sini, aku selalu dimudahkan dan aku selalu dibantu oleh mereka yang memiliki latar budaya yang berbeda dariku, aku bersyukur bisa menjadi bagian dari mereka.
***
            Dua bulan lamanya telah aku lewati, aku selalu mengabari mereka keluarga di istanaku. Rasa rindu terkadang membuatku kesal saat diiringi air mata, aku benci saat aku harus meneteskan bulir-bulir kesedihan itu. Cukup hujan di kota ini yang mengguyur tubuhku, tak perlu air mata melakukan itu. Aku berjalan tak pernah sendiri, aku tak pernah tertawa sendiri bahkan aku tak pernah sedih sendiri karena, aku berada di kota rantau, aku tak merantau seorang diri, banyak yang perduli denganku dan banyak yang senasib denganku -  jauh dari keluarga.
            Kini, aku belajar lebih mandiri bahkan mengolah emosi dengan cukup baik dari sebelumnya. Aku merasakan hidup di tanah rantau ini dengan beragam warna, dengan rasa manis, pahit, asam hingga gurih. Sempurnakah perjalanan hidupku? Tidak. Tapi aku menikmati semua itu, dan aku menikmati hidup tak seorang diri. Walau tangan ini tak ada yang menggenggam, namun doa yang mereka panjatkan selalu aku rasakan. Radius ratusan ribu tak mempermasalahkan kami, kami saling menyayangi dan kami saling mendukung. Aku memantapkan diri di kota rantau ini, karena aku yakin bahwa aku tak akan pernah sendiri, akan selalu datang malaikat Tuhan untuk membantuku, menghiburku dan menemaniku.
            Hari ku tak akan berlalu begitu saja, karena waktu tak boleh mempermainkanku tapi aku harus mengontrol waktu itu. Teruntuk mereka yang jauh dariku, kuharap kita bisa bertemu lebih cepat. Teruntuk mereka yang ada disekitarku dan lebih dekat dariku, kuharap kita bisa menari bersama dengan tawa dan suka cita. Tak ada seindah persaudaraan dan tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan doa. Tanah rantau, berkawanlah denganku dari segala sudut keindahanmu, berkawanlah denganku dengan segala musim yang engkau miliki dan aku bisa menciptakan cinta baru yang berkesan tentang dirimu.
END


#RuangProductiveTim1 #21DaysWritingChallenge

Tidak ada komentar:

Posting Komentar