Setelah
aku berangkat sendiri untuk pertama kalinya ke tanah Jawa dan kemudian kembali
ke Sulawesi, aku ceritakan segala hal yang aku temui di Jawa, kuceritakan
bagaimana hembusan angin di Malang, bagaimana goyangan dedaunan, kicauan
burung, serta teriknya mentari. Aku menceritakan semuanya dengan raut yang
berbinar, meyakinkan mereka bahwa aku tak salah memilih kota Malang. Menegaskan
kepada mereka bahwa aku jatuh hati pada setiap sudut dari kota itu. Mengulangi
bahwa aku akan baik-baik saja disana.
Hanya berselang 50 hari, kemudian
aku benar-benar memulai petualanganku. Aku benar-benar meninggalkan istana dan
keluargaku, meninggalkan kota kelahiranku, hingga meninggalkan
sahabat-sahabatku. Aku tetap berangkat seorang diri, melepas pelukan hangat
dari tubuh mereka aku tak sanggup, mencium tangan keriput dari ratu pun aku tak
sanggup, sungguh perasaanku mulai gelisah, aku mulai takut. Tapi aku punya
musuh yang harus ku kalahkan, aku sanggup dan aku tak akan menyerah.
Saat kendaraan baja itu mulai
bergerak menjauh, aku memejamkan mataku dan aku telah pergi meninggalkan
mereka. Aku yakin, bertahan adalah kewajibanku dan aku bisa menunaikannya.
Walau raga kami terpisah jauh, aku mencoba memejamkan mata berulang kali - itu
adalah caraku merindukan mereka. Hati kami akan selalu dekat dan kekuatan cinta
akan selalu mendekatkan kami. Ini adalah sebuah petualangan dan kami akan
selalu mendoakan dari kejauhan karena, Tuhan selalu ada bersama hamba-Nya yang saling
mendoakan satu dengan yang lain.
Belaian cinta dari ratuku tak akan
tergantikan, pelukan hangat dari rajaku tak ada tandingannya, serta bentakan
sayang dari saudariku tak akan hilang. Aku tak bermimpi, aku selalu mengingat
bagaimana mereka mengucapkan harapan dan doa untukku. Aku dan mereka akan
selalu ada saat suka dan duka, tangis dan tawa hingga sedih dan bahagia. Sampai
hari ini aku masih merindukan istanaku dan akan selalu merindu. Tapi rindu tak
boleh menjadi prioritasku, aku harus menyelesaikan petualangan ini secepatnya.
Karena aku telah berjanji akan kembali, dan aku akan menepati itu. Di sini, aku
menemukan keluarga baru dan aku bersyukur atas segala hal yang kudapatkan di tanah
rantau ini. Mereka datang dengan senyuman yang manis, dan kuharap akan selalu
manis. Aku selalu berdoa agar keluarga di istana selalu baik dan dilindungi
oleh-Nya dan juga ku harap mereka akan selalu menebarkan kebaikan. Di sini, aku
selalu dimudahkan dan aku selalu dibantu oleh mereka yang memiliki latar budaya
yang berbeda dariku, aku bersyukur bisa menjadi bagian dari mereka.
***
Dua bulan lamanya telah aku lewati,
aku selalu mengabari mereka keluarga di istanaku. Rasa rindu terkadang
membuatku kesal saat diiringi air mata, aku benci saat aku harus meneteskan
bulir-bulir kesedihan itu. Cukup hujan di kota ini yang mengguyur tubuhku, tak
perlu air mata melakukan itu. Aku berjalan tak pernah sendiri, aku tak pernah
tertawa sendiri bahkan aku tak pernah sedih sendiri karena, aku berada di kota
rantau, aku tak merantau seorang diri, banyak yang perduli denganku dan banyak
yang senasib denganku - jauh dari
keluarga.
Kini, aku belajar lebih mandiri
bahkan mengolah emosi dengan cukup baik dari sebelumnya. Aku merasakan hidup di
tanah rantau ini dengan beragam warna, dengan rasa manis, pahit, asam hingga
gurih. Sempurnakah perjalanan hidupku? Tidak. Tapi aku menikmati semua itu, dan
aku menikmati hidup tak seorang diri. Walau tangan ini tak ada yang
menggenggam, namun doa yang mereka panjatkan selalu aku rasakan. Radius ratusan
ribu tak mempermasalahkan kami, kami saling menyayangi dan kami saling
mendukung. Aku memantapkan diri di kota rantau ini, karena aku yakin bahwa aku
tak akan pernah sendiri, akan selalu datang malaikat Tuhan untuk membantuku,
menghiburku dan menemaniku.
Hari ku tak akan berlalu begitu
saja, karena waktu tak boleh mempermainkanku tapi aku harus mengontrol waktu
itu. Teruntuk mereka yang jauh dariku, kuharap kita bisa bertemu lebih cepat.
Teruntuk mereka yang ada disekitarku dan lebih dekat dariku, kuharap kita bisa
menari bersama dengan tawa dan suka cita. Tak ada seindah persaudaraan dan tak
ada yang bisa mengalahkan kekuatan doa. Tanah rantau, berkawanlah denganku dari
segala sudut keindahanmu, berkawanlah denganku dengan segala musim yang engkau
miliki dan aku bisa menciptakan cinta baru yang berkesan tentang dirimu.
END
#RuangProductiveTim1 #21DaysWritingChallenge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar