Bangku SMA
telah dia jejaki selama satu tahun. Suka
dan duka. Hujan dan badai, mentari dan bintang telah ia hampiri dan telah ia
lalui pula. Di kelas X ia harus berhadapan dengan teman kelasnya yang populer
dan juga eksis dimana pun itu. Beradptasi dengan lingkungan barunya membuatnya
pernah merasakan kekosongan dalam kelas dan membuatnya merasa terpojokkan. Sering
ia berfikir bahwa selalu ada pemanfaatan yang diberikan darinya ke teman-temannya.
Namun, ia merasa hal itu wajar saja tapi, saat dia mulai tercekam ketika
teman-temannya mengusik kehidupannya ia pun mulai bertindak. Tindakannya itu
sebatas hal yang wajar, syukurnya teman-temannya bisa memahami semua itu dan
juga bisa mengerti hal itu hingga perpecahan tak terjadi dalam kelas mereka. 1
tahun mereka lalui, hingga kenaikan kelas mereka bersama-sama. Teman kelas yang
telah ia kenal selama setahun, membuatnya mendapat teman yang bisa bertukar
cerita.
Kini, mereka
telah berada di bangku kelas XI disini mulailah klimaks kehidupan di bangku
putih abu-abu. Saat pelaksanaan MOPDB, sebelumnya ia mengajukan pertanyaan ke
beberapa panitia yang terpilih menjadi panitia MOPDB. Namun, ia menerima
jawaban yang cukup mengecewakan bagi dirinya dan teman-temannya yang lain. Setelah
pelaksanaan MOPDB ia menerima berita dari teman kelasnya bahwa ia pernah
memprotes MOPDB yang bari beberapa hari telah berlalu. Ia hanya mengomentari
berita tersebut dengan apa yang pernah ia sampaikan ke beberapa panitia
sebelumnya. Temannya yakin, bahwa ia tak berdusta.
Hari itu,
pulang sekolah dia mencek handphone
Nokia E63 nya. Ia menemukan 1 panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal
pemiliknya. Karena ia baru saja tiba dirumah dan dia tidak membawa telpon
genggam saat ke sekolah, ia segera mengirim SMS ke nomor tersebut. Beberapa saat
kemudian, nomor yang tak dikenali pemiliknya itu menelponnya. Ia mengangkat
telpon dari nomor itu dengan biasa saja. Setelah ia ketahui ternyata salah
seorang kakak kelasnya menelponnya. Mereka lalu berbicara via telpon. Sekitar 6
menit obrolan itu berlangsung. Dalam obrolan tersebut ia merasa hatinya
tergoncangkan oleh 2 berita yang membuatnya terkejut. Ternyata, kakak kelasnya
yang bermaksud baik dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi membawanya
kembali mengingat kabar dari teman kelasnya tentang dirinya yang memprotes
MOPDB. Betapa hancur hatinya saat itu. Ia benar-benar kecewa dengan oknum yang
telah menyebarkan berita tersebut. Kakak kelasnya yang baik hati kemudian
memberinya saran dan ia hanya mengangguk dibalik telpon genggamnya serta
berkata “ya” seraya menyetujui saran dari kakak kelasnya. Semenjak kejadian
itu, ia sering terdiam jika di luar rumah. Ia tak ingin ada berita miring
tentangnya yang tidak sesuai dengan kenyataan hidupnya. Ia sempat marah dengan
berita itu namun ia kembali melihat dirinya sendiri, hal apa yang membuat
dirinya hingga di beritakan seperti ini.
Kini, ia
menyadari bahwa kerikil hidup akan meluncur, kesabaran lebih harus ia pupuk,
klimaks bangku putih abu-abu telah dimulai. Ia berharap agar Tuhan selalu
melindunginya dan tetap menjaganya di jalan-Nya.
Semoga ia bisa melalui semua ini dengan kesyukuran yang berarti :)