Senin, 26 Februari 2018

Ayunan dan Waktu

Hari itu, aku beristirahat sejenak setelah mengitari taman Singha Merjosari. Aku memilih duduk di sebuah pinggiran kotak pasir yang disana pun ada sebuah ayunan. Disuguhkan pemandangan akan riangnya anak-anak ketika bermain dengan ayunan itu membuatku teringat akan masa kecilku. Berayun-ayun seakan menyapa seisi dunia.

Tak ada beban pada raut wajah mereka. Mereka begitu lepas tertawa seiring dengan laju ayunan. Ah, aku ingin kembali di masa itu. Bermain riang bersama kawan, tanpa ada kecemburuan sosial atau praduga yang menjadi penyakit hati. Tapi, itu sebuah keinginan yang sangat rancuh. Tak mungkin ku putar kembali waktu dan ku sentuh lagi masa itu. Biarlah semua berlalu, mungkin hari esok, ketika aku memiliki anak, aku akan mengajarkan pada mereka bagaimana menjaga frekuensi kebahagiaan hingga ia tumbuh dewasa seperti aku saat ini. Harapanku sederhana, aku tak ingin anak-anakku menjadi penikmat waktu yang tak bermanfaat, menyalahkan waktu seenak jidatnya dan larut dalam fana'nya dunia.

Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran:14].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar