Kamis, 25 Desember 2014

Dekat Dengan Bintang


Dekat Dengan Bintang
Sabtu malam, Dinda dan Sari berangkat bersama menuju lapangan basket. Ribuan bintang di langit biru dan angin malam menambah keyakinan mereka bahwa hari telah larut. Dengan hati-hati kendaraan beroda dua itu terparkir dengan rapi di antara yang sejenis dengannya. Kemudian mereka menunggu sosok yang sedari tadi mengaku bahwa menunggu mereka. Hentakan kaki yang keras, membalikkan badan mereka dan melihat sosok lelaki yang berdiri di belakang mereka. Sari yang terkejut mengikuti sosok itu dan Dinda mengekor di belakang Sari.
Teriakan para suporter memecah keheningan malam. Hijab yang terurai ditatap oleh mereka yang sedang menunggu pertandingan di mulai.
“Hai, ternyata kamu datang juga Dinda” ucap teman sekelas Dinda
“iyah, ini adalah malam pertama aku keluar dari rumah hanya untuk nonton pertandingan seperti ini” jawab Dinda
Dinda duduk bersebelahan dengan teman-teman kelasnya dan Sari duduk bersampingan dengan sosok laki-laki tadi. Namanya Faiz. Ia adalah teman laki-laki yang dekat dengan Sari sejak sekitar dua tahun belakang ini.
10 menit kehadiran mereka, pertandingan besar itu di mulai. Pemain di panggil oleh host yang semangat memulai pertandingan itu. Satu per satu teman perwakilan sekolah mereka keluar dari persegi panjang yang dilapisi oleh kain putih yang akan mengeluarkan mereka dari kain itu. Seperti kotak sulap pak Deddy Corbuzier.
Pemain yang berlarian di lapangan sambil menyodorkan tangan mereka ke arah penonton membuat fans mereka histeris. Pengibaran bendera kebangsaan dan kemudian dance modern. Runtutan kejadian itulah yang menambah kepercayaan Dinda dan Sari bahwa hari telah sangat larut.
“kembali saja di rumah mu” ucapan gadis yang lebih muda dari Dinda dan Sari yang sedang bercakap dengan “teman lelakinya”
Dinda mengangkat kepalanya dan melihat dengan saksama siapa dia dan dengan siapa gadis belia itu berbicara. Kemudian yang ia lihat adalah pacar dari orang yang ia kagumi. Betapa terkejutnya dirinya. Hingga ia ingin meneteskan air mata. Ia menyaksikan kronologi yang begitu menyakitkan, disaat ia mengagumi dan kemudian orang yang ia kagumi adalah milik gadis itu.
Tangan anak laki-laki itu bergerak ke belakang punggung gadis belia dan mengisyaratkan untuk pergi dari hadapan Dinda.
“Mari pulang Sari, nampaknya hari telah sangat larut, bukan kah ayah mu hanya mengizinkanmu hingga pukul 08.30 malam ? ayo lah, aku telah lelah” ucap Dinda kepada Sari
“Iya Dinda. Mari kita pulang, ini memang telah larut malam. Faiz, aku ingin pulang, tolong temani aku hingga ke motor ku” kata Sari dan kami berjalan melewati pertandingan yang masih segar.

Kemudian Dinda dan Sari meninggalkan lapangan basket dan kembali ke rumah. Dengan perasaan mereka yang berbeda. Dimana Dinda pulang dengan rasa kecewa dan Sari dengan rasa senang.
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar