Selasa, 04 Maret 2014

Cerpen "Tinta Kehidupan"



TINTA KEHIDUPAN
karya : Lhulu An-Nisa
Annisa Putri Bilqis,itulah namaku. Aku lahir di Bandung 17 Agustus 1998. Aku dipanggil Bilqis oleh ibu dan ayahku. Nama Bilqis adalah nama kesayangan mereka untukku dan aku senang dengan panggilan itu karena memiliki arti yang unik dan bagus tentunya.  setiap berkenalan dengan siapa saja aku menyarankan mereka untuk memanggilku “Bilqis”. Aku memiliki seorang kakak namanya Muhammad Khairan yang sering aku panggil dengan sebutan Kak Ai. Kak Ai adalah pangeran pelindung u setiap aku tak berada dan jauh dari ayah dan ibu,wajar saja hanya dia saudaraku. ia satu sekolah denganku,kini ia kelas XII,sedangkan aku kelas XI. Kami bersekolah di SMA Islam Bandung, nama kelas ku XI IPA.
----
Ayam jantan membangunkan ku dari tidur nyenyak yang berimpikan sejuta mimpi dan cinta. Setelah mandi dan berbenah,ayah memanggilku untuk sarapan bersama. Dengan segera aku menyusul suara ayah. Diruang makan. Kami menyantap nasi goreng buatan ibu yang sedap masuk ke rongga mulut kami. Setelah itu,Kak Ai mengajakku berpamitan kepada ayah dan ibu dan kamipun berangkat ke sekolah.
----
Di sekolah. “Kak Ai,aku masuk ke kelas duluan yah,bye-bye.” Aku meninggalkan Kak Ai di parkiran dan aku lari menuju kerah Nanda,sobatku. “Dor” dengan suara lantang sambil tertawa aku mengejutkan Nanda dari belakangnya. “Waduh! ada-ada saja kamu Bilqis,aku jadi kaget tahu”,seru Nanda. “Hehe,maafkan aku yah,nanti aku traktir es krim deh sebagai  gantinya”,bujukku.”Iyah. eh, Bilqis kamu mimisan tuh!”. Segera aku mengambil tissue yang ada di saku ku,lalu ku bersihkan mimisan ku itu. “mungkin aku kucapekan,udah jangan difikirin yah. aku nggak kenapa-napa kok.”,seru ku meyakinkan Nanda. “Yaudah sekarang kita ke kelas yuk!” ajak Nanda. Kami pun berjalan melewati beberapa koridor sekolah menuju kelas.
----
Bel pulang berbunyi. Seperti biasa Kak Ai sudah menungguku di pintu gerbang,Nanda juga udah dijemput sama supir pribadinya. Aku beranjak naik di motor Kak Ai,tiba-tiba Kak Ai menujuk hidungku. “Kamu mimisan,Bilqis! Ayo cepat kamu naik kita langsung ke rumah sakit,biar kamu diperiksa sama dokter”,seru Kak Ai.”Ah kakak aku nggak kenapa-napa kok,kita pulang kerumah aja,paling cumin kecapekan”,rayuku. Kak Ai pun menyerah,ia mengantarku pulang kerumah.
----
Tiba dirumah,Kak Ai langsung menemui ayah dan ibu. Aku langgsung lari menuju ke kamar,aku tak ingin mereka khawatir dengan mimisanku,aku yakin ini hanya mimisan biasa. Selang beberapa menit,ketukan dari luar terdengar bak sekasar batu yang mengenai pintu kamarku. Ku buka pintu kamar,ternyata ada ayah dan ibu. Senyum mereka terukir bagaikan pelangi nan indah. “Ayah,ibu ada apa ?”,tanyaku.”Ke dokter yuk,kita periksa kamu sakit apa. Kata Kak Ai kamu tadi mimisan yah,nak ?” jawab ibu. “hm,yaudah bu,kita ke dokter,hanya untuk periksa yah”,jawab ku.”Yaudah,sekarang kamu siap-siap,ayah dan ibu tunggu kamu diruang tamu”,kata ayah dan mereka meninggalkan ku dikamar.
----
Di rumah sakit. Aku dan kedua orang tuaku berjalan melewati koridor rumah sakit yang dipenuhi oleh pasien-pasien yang sedang menikmati suasana rumah sakit yang kental akan dokter,suster dan apoteker. Kami tiba diruang Dr.Ozy,dokter  menanyakan apa yang telah terjadi. Kemudian,aku diperiksa oleh Dr.Ozy. Dr.Ozy memanggil ayah,ibu mulai panik dan aku menenangkan  ibu,aku yakin aku tak kenapa-napa.  20 menit kemudian. Ayah menghampiri kami dan mengajak kami pulang. Aku melihat ada air yang jatuh dari mata ayah. Aku tak ingin bertanya apa-apa,aku hanya mengekor dibelakang ayah dan ibu lalu masuk ke mobil.
----
Tak pernah aku berkutip selama perjalanan. Tiba dirumah aku langsung masuk kamar,namun aku tak menutup pintu kamar ku. Aku mendengar ibu suara seduh,sepertinya itu suara seduh ibu. Aku mengintip ibu yang sedari tadi bertetesan air mata didapur. Aku bertanya dalam benak hampa ku. “Apa yang terjadi? apa aku sakit serius?”. Kulihat ada bayangan yang akan keluar dari dapur,itu pasti ibu. Segera aku menghempaskan badanku di tempat tidur. Tak kusangka ada darah yang menetes,sepertinya aku mimisan lagi. Kubersihkan mimisanku dan ku tatap langit-langit kamar  dan aku ketiduran.
----
Seminggu ini aku dirawat dirumah sakit. Setelah hari itu,badanku meriam dan suhu tubuhku bak api yang siap memanggang daging segar diatas pembakaran. Tubuhku semaki kurus,sekarang bukan hanya mimisan yang ku alami,rambutku satu persatu rontok,tangan kanan ku mulai lumpuh dan membuatku tak bisa menulis satu huruf pun. Aku selalu bertanya pada ibu dan ayah tentang sakit ku ini,tapi jawaban mereka selalu sama,”kamu akan sembuh sayang,yakin deh.Allah SWT.sedang mengujimu,kamu harus sabar nak”,hanya kata-kata itu yang membuatku sabar menjalani hari-hari ku.
Siang ini Nanda menjengukku “Assalamua’alaikum,gimana kabarmu,Bilqis?”,”Waalaikumsalam,aku udah mendingan kok,cuman tangan kanan ku susah gerak nih,Nanda”,”kamu gak pernah absen kan minum obat?”,” nggak kok, aku selalu rajin dan tepat waktu minum obatnya”.”cepat sembuh,Bilqis”,seru Nanda kepadaku. Nanda menjaga dan menghiburku hingga sore. Tak ada rasa jenuh kurasa hari ini,aku bahagia.
----
Pagi ini,aku sudah bisa keluar dari rumah sakit. Tanganku sudah bisa digerakkan,aku juga jarang mimisan akhir-akhir ini,suhu tubuhku stabil,namun rambutku menipis,mungkin karena obat kimia yang masuk ditubuhku. Tiba dirumah aku masuk di kamar,tapi aku lupa mengambil handphone ku di mobil sehingga aku keluar untuk mengambil handphone ku. Aku melihat ayah,ibu dan Kak Ai di ruang tamu. Aku berhenti dan mendengar pembicaraan mereka dengan diam-diam. “Ayah,ibu. Apakah Bilqis bisa sembuh dari tumor otak yang ia derita ?”. “ayah yakin,Bilqis bisa sembuh,dia adalah gadis yang kuat dan selalu optimis”.”tapi ibu khawatir ayah,ibu tak ingin Bilqis meninggalkan kita dengan waktu yang cepat”.”ayah,ibu. Bagaimana jika kita mengobati Bilqis di Singapura, ku dengar ada rumah sakit yang khusus menangani pasien tumor dan kanker berbagai jenis. Urusan biaya,biar Ai yang cari uang nya”. “ayah tahu kamu sayang dengan Bilqis,Ai. Kita semua sayang dengan Bilqis. Ayah setuju dengan usulanmu nak,ayah juga bisa pinjam uang dengan rekan kerja ayah untuk menambah biaya pengobatan Bilqis”.”kalau begitu,besok kita  terbang ke Singapura,ayah”. Aku kaget mendengar pembicaraan mereka. Ternyata aku mengidap tumor di otak. Tak kusengaja,ku jatuhkan keramik yang ada dibelakangku,sontak aku melompat kaget. Ayah,ibu dan Kak Ai juga ikutan kaget dan mereka menghampiriku. Kemudian aku memeluk erat ibu,ayah dan Kak Ai juga memeluk kami. Aku meneteskan air kesedihan yang selama ini ku pendam dan ku tahan untuk menetes.
----
Seminggu kedepan aku dan keluargaku berada di Singapura. Sebelum berangkat,di bandara,Nanda mengantar kami. Ku lihat dari kejauhan Nanda mengusap air mata nya dan menghela napas yang panjang. Kami menghampiri Nanda untuk berpisah beberapa hari kedepan. “Bilqis,kamu harus kuat,kamu nggak boleh kalah sama sakit kamu,aku selalu berdoa kepada Allah supaya Allah memberikan kamu kesehatan yang baik agar kita bisa belajar dan bermain bersama seperti dulu sebelum kamu selunak kulit siput ini”. “Aamiin,iyah Nanda. Kamu baik-baik disini yah,aku nggak lama kok dan aku janji aku bakal sembuh”,aku berusaha meyakini Nanda. “Ini boneka teddy bear kesayanganku, aku memberikan ini supaya kamu nggak kesepian disana dan supaya kamu tetap ingat aku disini”,ucap Nanda yang menyodorkan boneka teddy bear kepadaku. Aku memeluk hangat Nanda,tak ku sangka butiran air kesedihan membasahi pipi manisku. Setelah itu,kami berangakat dan meninggalkan Nanda.
----
Seperti janjiku kepada Nanda,aku akan kembali dengan keadaan sembuh dan aku bisa menepati janji itu. selama di Singapura aku dirawat intensif hingga tumor yang bersarang di otakku bisa dimatikan. Dan kata dokter aku terbebas dari tumor itu,kini aku kembali menjadi Bilqis yang periang tanpa rasa sakit sedikit pun. Kami kembali ke Indonesia. Setiba di bandara, Nanda telah menunggu kami. Aku lari dan memeluk Nanda.”Nanda.aku kangen.Aku udah sembuh loh,kita bisa belajar dan main bareng lagi”,seru ku dengan riang.”Hore,sekarang kita bisa tertawa dan bisa main lagi,hore,aku bahagia banget Bilqis”,jawab Nanda dengan riang pula. “Kini,aku bagaikan bulu halus yang siap terbang di sekeliling mu,Nanda”, “Iya,Bilqis. Kita akan selalu menjadi sepasang sandal yang kemana pun selalu bersama”,
Tinta hidupku begitu berwarna, aku dipenuhi orang-orang yang sayang denganku. Saat aku sehat dan saat aku sakit,rasa sayang mereka tak pernah berbeda. Tinta ini memiliki beribu warna,kan ku gunakan untuk menulis dan mengukir kisah hidupku.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar