Minggu, 20 Juli 2014

Klimaks Kehidupan di Bangku SMA Dimulai




Bangku SMA telah dia  jejaki selama satu tahun. Suka dan duka. Hujan dan badai, mentari dan bintang telah ia hampiri dan telah ia lalui pula. Di kelas X ia harus berhadapan dengan teman kelasnya yang populer dan juga eksis dimana pun itu. Beradptasi dengan lingkungan barunya membuatnya pernah merasakan kekosongan dalam kelas dan membuatnya merasa terpojokkan. Sering ia berfikir bahwa selalu ada pemanfaatan yang diberikan darinya ke teman-temannya. Namun, ia merasa hal itu wajar saja tapi, saat dia mulai tercekam ketika teman-temannya mengusik kehidupannya ia pun mulai bertindak. Tindakannya itu sebatas hal yang wajar, syukurnya teman-temannya bisa memahami semua itu dan juga bisa mengerti hal itu hingga perpecahan tak terjadi dalam kelas mereka. 1 tahun mereka lalui, hingga kenaikan kelas mereka bersama-sama. Teman kelas yang telah ia kenal selama setahun, membuatnya mendapat teman yang bisa bertukar cerita.
Kini, mereka telah berada di bangku kelas XI disini mulailah klimaks kehidupan di bangku putih abu-abu. Saat pelaksanaan MOPDB, sebelumnya ia mengajukan pertanyaan ke beberapa panitia yang terpilih menjadi panitia MOPDB. Namun, ia menerima jawaban yang cukup mengecewakan bagi dirinya dan teman-temannya yang lain. Setelah pelaksanaan MOPDB ia menerima berita dari teman kelasnya bahwa ia pernah memprotes MOPDB yang bari beberapa hari telah berlalu. Ia hanya mengomentari berita tersebut dengan apa yang pernah ia sampaikan ke beberapa panitia sebelumnya. Temannya yakin, bahwa ia tak berdusta.
Hari itu, pulang sekolah dia mencek handphone Nokia E63 nya. Ia menemukan 1 panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal pemiliknya. Karena ia baru saja tiba dirumah dan dia tidak membawa telpon genggam saat ke sekolah, ia segera mengirim SMS ke nomor tersebut. Beberapa saat kemudian, nomor yang tak dikenali pemiliknya itu menelponnya. Ia mengangkat telpon dari nomor itu dengan biasa saja. Setelah ia ketahui ternyata salah seorang kakak kelasnya menelponnya. Mereka lalu berbicara via telpon. Sekitar 6 menit obrolan itu berlangsung. Dalam obrolan tersebut ia merasa hatinya tergoncangkan oleh 2 berita yang membuatnya terkejut. Ternyata, kakak kelasnya yang bermaksud baik dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi membawanya kembali mengingat kabar dari teman kelasnya tentang dirinya yang memprotes MOPDB. Betapa hancur hatinya saat itu. Ia benar-benar kecewa dengan oknum yang telah menyebarkan berita tersebut. Kakak kelasnya yang baik hati kemudian memberinya saran dan ia hanya mengangguk dibalik telpon genggamnya serta berkata “ya” seraya menyetujui saran dari kakak kelasnya. Semenjak kejadian itu, ia sering terdiam jika di luar rumah. Ia tak ingin ada berita miring tentangnya yang tidak sesuai dengan kenyataan hidupnya. Ia sempat marah dengan berita itu namun ia kembali melihat dirinya sendiri, hal apa yang membuat dirinya hingga di beritakan seperti ini.
Kini, ia menyadari bahwa kerikil hidup akan meluncur, kesabaran lebih harus ia pupuk, klimaks bangku putih abu-abu telah dimulai. Ia berharap agar Tuhan selalu melindunginya dan tetap menjaganya di jalan-Nya.

Semoga ia bisa melalui semua ini dengan kesyukuran yang berarti :)

1 komentar: