TINTA KEHIDUPAN
karya : Lhulu An-Nisa
Annisa
Putri Bilqis,itulah namaku. Aku lahir di Bandung 17 Agustus 1998. Aku dipanggil
Bilqis oleh ibu dan ayahku. Nama Bilqis adalah nama kesayangan mereka untukku
dan aku senang dengan panggilan itu karena memiliki arti yang unik dan bagus
tentunya. setiap berkenalan dengan siapa
saja aku menyarankan mereka untuk memanggilku “Bilqis”. Aku memiliki seorang
kakak namanya Muhammad Khairan yang sering aku panggil dengan sebutan Kak Ai.
Kak Ai adalah pangeran pelindung u setiap aku tak berada dan jauh dari ayah dan
ibu,wajar saja hanya dia saudaraku. ia satu sekolah denganku,kini ia kelas
XII,sedangkan aku kelas XI. Kami bersekolah di SMA Islam Bandung, nama kelas ku
XI IPA.
----
Ayam
jantan membangunkan ku dari tidur nyenyak yang berimpikan sejuta mimpi dan
cinta. Setelah mandi dan berbenah,ayah memanggilku untuk sarapan bersama.
Dengan segera aku menyusul suara ayah. Diruang makan. Kami menyantap nasi
goreng buatan ibu yang sedap masuk ke rongga mulut kami. Setelah itu,Kak Ai
mengajakku berpamitan kepada ayah dan ibu dan kamipun berangkat ke sekolah.
----
Di
sekolah. “Kak Ai,aku masuk ke kelas duluan yah,bye-bye.” Aku
meninggalkan Kak Ai di parkiran dan aku lari menuju kerah Nanda,sobatku. “Dor”
dengan suara lantang sambil tertawa aku mengejutkan Nanda dari belakangnya.
“Waduh! ada-ada saja kamu Bilqis,aku jadi kaget tahu”,seru Nanda. “Hehe,maafkan
aku yah,nanti aku traktir es krim deh sebagai gantinya”,bujukku.”Iyah. eh, Bilqis kamu
mimisan tuh!”. Segera aku mengambil tissue yang ada di saku ku,lalu ku bersihkan
mimisan ku itu. “mungkin aku kucapekan,udah jangan difikirin yah. aku nggak
kenapa-napa kok.”,seru ku meyakinkan Nanda. “Yaudah sekarang kita ke kelas
yuk!” ajak Nanda. Kami pun berjalan melewati beberapa koridor sekolah menuju
kelas.
----
Bel
pulang berbunyi. Seperti biasa Kak Ai sudah menungguku di pintu gerbang,Nanda
juga udah dijemput sama supir pribadinya. Aku beranjak naik di motor Kak
Ai,tiba-tiba Kak Ai menujuk hidungku. “Kamu mimisan,Bilqis! Ayo cepat kamu naik
kita langsung ke rumah sakit,biar kamu diperiksa sama dokter”,seru Kak Ai.”Ah
kakak aku nggak kenapa-napa kok,kita pulang kerumah aja,paling cumin
kecapekan”,rayuku. Kak Ai pun menyerah,ia mengantarku pulang kerumah.
----
Tiba
dirumah,Kak Ai langsung menemui ayah dan ibu. Aku langgsung lari menuju ke
kamar,aku tak ingin mereka khawatir dengan mimisanku,aku yakin ini hanya
mimisan biasa. Selang beberapa menit,ketukan dari luar terdengar bak sekasar
batu yang mengenai pintu kamarku. Ku buka pintu kamar,ternyata ada ayah dan
ibu. Senyum mereka terukir bagaikan pelangi nan indah. “Ayah,ibu ada apa
?”,tanyaku.”Ke dokter yuk,kita periksa kamu sakit apa. Kata Kak Ai kamu tadi
mimisan yah,nak ?” jawab ibu. “hm,yaudah bu,kita ke dokter,hanya untuk periksa
yah”,jawab ku.”Yaudah,sekarang kamu siap-siap,ayah dan ibu tunggu kamu diruang
tamu”,kata ayah dan mereka meninggalkan ku dikamar.
----
Di
rumah sakit. Aku dan kedua orang tuaku berjalan melewati koridor rumah sakit
yang dipenuhi oleh pasien-pasien yang sedang menikmati suasana rumah sakit yang
kental akan dokter,suster dan apoteker. Kami tiba diruang Dr.Ozy,dokter menanyakan apa yang telah terjadi. Kemudian,aku
diperiksa oleh Dr.Ozy. Dr.Ozy memanggil ayah,ibu mulai panik dan aku
menenangkan ibu,aku yakin aku tak
kenapa-napa. 20 menit kemudian. Ayah
menghampiri kami dan mengajak kami pulang. Aku melihat ada air yang jatuh dari
mata ayah. Aku tak ingin bertanya apa-apa,aku hanya mengekor dibelakang ayah
dan ibu lalu masuk ke mobil.
----
Tak
pernah aku berkutip selama perjalanan. Tiba dirumah aku langsung masuk
kamar,namun aku tak menutup pintu kamar ku. Aku mendengar ibu suara
seduh,sepertinya itu suara seduh ibu. Aku mengintip ibu yang sedari tadi
bertetesan air mata didapur. Aku bertanya dalam benak hampa ku. “Apa yang
terjadi? apa aku sakit serius?”. Kulihat ada bayangan yang akan keluar dari
dapur,itu pasti ibu. Segera aku menghempaskan badanku di tempat tidur. Tak
kusangka ada darah yang menetes,sepertinya aku mimisan lagi. Kubersihkan
mimisanku dan ku tatap langit-langit kamar dan aku ketiduran.
----
Seminggu
ini aku dirawat dirumah sakit. Setelah hari itu,badanku meriam dan suhu tubuhku
bak api yang siap memanggang daging segar diatas pembakaran. Tubuhku semaki
kurus,sekarang bukan hanya mimisan yang ku alami,rambutku satu persatu
rontok,tangan kanan ku mulai lumpuh dan membuatku tak bisa menulis satu huruf
pun. Aku selalu bertanya pada ibu dan ayah tentang sakit ku ini,tapi jawaban
mereka selalu sama,”kamu akan sembuh sayang,yakin deh.Allah SWT.sedang
mengujimu,kamu harus sabar nak”,hanya kata-kata itu yang membuatku sabar
menjalani hari-hari ku.
Siang
ini Nanda menjengukku “Assalamua’alaikum,gimana
kabarmu,Bilqis?”,”Waalaikumsalam,aku udah mendingan kok,cuman tangan kanan ku
susah gerak nih,Nanda”,”kamu gak pernah absen kan minum obat?”,” nggak
kok, aku selalu rajin dan tepat waktu minum obatnya”.”cepat sembuh,Bilqis”,seru
Nanda kepadaku. Nanda menjaga dan menghiburku hingga sore. Tak ada rasa jenuh
kurasa hari ini,aku bahagia.
----
Pagi
ini,aku sudah bisa keluar dari rumah sakit. Tanganku sudah bisa digerakkan,aku
juga jarang mimisan akhir-akhir ini,suhu tubuhku stabil,namun rambutku
menipis,mungkin karena obat kimia yang masuk ditubuhku. Tiba dirumah aku masuk
di kamar,tapi aku lupa mengambil handphone ku di mobil sehingga aku
keluar untuk mengambil handphone ku. Aku melihat ayah,ibu dan Kak Ai di
ruang tamu. Aku berhenti dan mendengar pembicaraan mereka dengan diam-diam.
“Ayah,ibu. Apakah Bilqis bisa sembuh dari tumor otak yang ia derita ?”. “ayah
yakin,Bilqis bisa sembuh,dia adalah gadis yang kuat dan selalu optimis”.”tapi
ibu khawatir ayah,ibu tak ingin Bilqis meninggalkan kita dengan waktu yang
cepat”.”ayah,ibu. Bagaimana jika kita mengobati Bilqis di Singapura, ku dengar
ada rumah sakit yang khusus menangani pasien tumor dan kanker berbagai jenis.
Urusan biaya,biar Ai yang cari uang nya”. “ayah tahu kamu sayang dengan
Bilqis,Ai. Kita semua sayang dengan Bilqis. Ayah setuju dengan usulanmu
nak,ayah juga bisa pinjam uang dengan rekan kerja ayah untuk menambah biaya
pengobatan Bilqis”.”kalau begitu,besok kita
terbang ke Singapura,ayah”. Aku kaget mendengar pembicaraan mereka.
Ternyata aku mengidap tumor di otak. Tak kusengaja,ku jatuhkan keramik yang ada
dibelakangku,sontak aku melompat kaget. Ayah,ibu dan Kak Ai juga ikutan kaget
dan mereka menghampiriku. Kemudian aku memeluk erat ibu,ayah dan Kak Ai juga
memeluk kami. Aku meneteskan air kesedihan yang selama ini ku pendam dan ku
tahan untuk menetes.
----
Seminggu
kedepan aku dan keluargaku berada di Singapura. Sebelum berangkat,di
bandara,Nanda mengantar kami. Ku lihat dari kejauhan Nanda mengusap air mata
nya dan menghela napas yang panjang. Kami menghampiri Nanda untuk berpisah
beberapa hari kedepan. “Bilqis,kamu harus kuat,kamu nggak boleh kalah sama
sakit kamu,aku selalu berdoa kepada Allah supaya Allah memberikan kamu
kesehatan yang baik agar kita bisa belajar dan bermain bersama seperti dulu
sebelum kamu selunak kulit siput ini”. “Aamiin,iyah Nanda. Kamu baik-baik
disini yah,aku nggak lama kok dan aku janji aku bakal sembuh”,aku berusaha
meyakini Nanda. “Ini boneka teddy bear kesayanganku, aku memberikan ini supaya
kamu nggak kesepian disana dan supaya kamu tetap ingat aku disini”,ucap Nanda
yang menyodorkan boneka teddy bear kepadaku. Aku memeluk hangat Nanda,tak ku
sangka butiran air kesedihan membasahi pipi manisku. Setelah itu,kami berangakat
dan meninggalkan Nanda.
----
Seperti
janjiku kepada Nanda,aku akan kembali dengan keadaan sembuh dan aku bisa
menepati janji itu. selama di Singapura aku dirawat intensif hingga tumor yang
bersarang di otakku bisa dimatikan. Dan kata dokter aku terbebas dari tumor
itu,kini aku kembali menjadi Bilqis yang periang tanpa rasa sakit sedikit pun. Kami
kembali ke Indonesia. Setiba di bandara, Nanda telah menunggu kami. Aku lari
dan memeluk Nanda.”Nanda.aku kangen.Aku udah sembuh loh,kita bisa
belajar dan main bareng lagi”,seru ku dengan riang.”Hore,sekarang kita bisa
tertawa dan bisa main lagi,hore,aku bahagia banget Bilqis”,jawab Nanda dengan
riang pula. “Kini,aku bagaikan bulu halus yang siap terbang di sekeliling
mu,Nanda”, “Iya,Bilqis. Kita akan selalu menjadi sepasang sandal yang kemana
pun selalu bersama”,
Tinta
hidupku begitu berwarna, aku dipenuhi orang-orang yang sayang denganku. Saat
aku sehat dan saat aku sakit,rasa sayang mereka tak pernah berbeda. Tinta ini memiliki
beribu warna,kan ku gunakan untuk menulis dan mengukir kisah hidupku.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar