Dekat Dengan Bintang
Sabtu malam, Dinda dan Sari berangkat
bersama menuju lapangan basket. Ribuan bintang di langit biru dan angin malam
menambah keyakinan mereka bahwa hari telah larut. Dengan hati-hati kendaraan
beroda dua itu terparkir dengan rapi di antara yang sejenis dengannya. Kemudian
mereka menunggu sosok yang sedari tadi mengaku bahwa menunggu mereka. Hentakan kaki
yang keras, membalikkan badan mereka dan melihat sosok lelaki yang berdiri di
belakang mereka. Sari yang terkejut mengikuti sosok itu dan Dinda mengekor di
belakang Sari.
Teriakan para suporter memecah keheningan
malam. Hijab yang terurai ditatap oleh mereka yang sedang menunggu pertandingan
di mulai.
“Hai, ternyata kamu datang juga Dinda” ucap
teman sekelas Dinda
“iyah, ini adalah malam pertama aku keluar
dari rumah hanya untuk nonton pertandingan seperti ini” jawab Dinda
Dinda duduk bersebelahan dengan teman-teman
kelasnya dan Sari duduk bersampingan dengan sosok laki-laki tadi. Namanya Faiz.
Ia adalah teman laki-laki yang dekat dengan Sari sejak sekitar dua tahun
belakang ini.
10 menit kehadiran mereka, pertandingan
besar itu di mulai. Pemain di panggil oleh host yang semangat memulai
pertandingan itu. Satu per satu teman perwakilan sekolah mereka keluar dari
persegi panjang yang dilapisi oleh kain putih yang akan mengeluarkan mereka
dari kain itu. Seperti kotak sulap pak Deddy Corbuzier.
Pemain yang berlarian di lapangan sambil
menyodorkan tangan mereka ke arah penonton membuat fans mereka histeris. Pengibaran
bendera kebangsaan dan kemudian dance modern. Runtutan kejadian itulah yang
menambah kepercayaan Dinda dan Sari bahwa hari telah sangat larut.
“kembali saja di rumah mu” ucapan gadis
yang lebih muda dari Dinda dan Sari yang sedang bercakap dengan “teman
lelakinya”
Dinda mengangkat kepalanya dan melihat dengan
saksama siapa dia dan dengan siapa gadis belia itu berbicara. Kemudian yang ia
lihat adalah pacar dari orang yang ia kagumi. Betapa terkejutnya dirinya. Hingga
ia ingin meneteskan air mata. Ia menyaksikan kronologi yang begitu menyakitkan,
disaat ia mengagumi dan kemudian orang yang ia kagumi adalah milik gadis itu.
Tangan anak laki-laki itu bergerak ke
belakang punggung gadis belia dan mengisyaratkan untuk pergi dari hadapan
Dinda.
“Mari pulang Sari, nampaknya hari telah
sangat larut, bukan kah ayah mu hanya mengizinkanmu hingga pukul 08.30 malam ?
ayo lah, aku telah lelah” ucap Dinda kepada Sari
“Iya Dinda. Mari kita pulang, ini memang
telah larut malam. Faiz, aku ingin pulang, tolong temani aku hingga ke motor ku”
kata Sari dan kami berjalan melewati pertandingan yang masih segar.
Kemudian Dinda dan Sari meninggalkan
lapangan basket dan kembali ke rumah. Dengan perasaan mereka yang berbeda. Dimana
Dinda pulang dengan rasa kecewa dan Sari dengan rasa senang.
---